Asal usul bioflok merupakan teknologi pengolahan limbah berupa lumpur akif yang melibatkan aktifitas mikroorganisme. Proses pengadukan bahan organik yang berupa limbah lumpur harus terus dilakukan dan diaerasi agar limbah selalu dalam keadaan tersuspensi sehingga dapat diuraikan oleh bakteri heterotrof secara aerobik menjadi senyawa anorganik.
Teknologi pengolahan limbah ini harus diaduk karena jika bahan organik mengendap maka akan terjadi kondisi anaerob terangsang untuk mengurai bahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dan bersifat racun, seperti ammonia, nitrit, H25, dan metana.
Seiring dengan berjalannya waktu konsep teknologi bioflok yang awalnya digunakan untuk pengolahan limbah, sekarang digunakan juga untuk kegiatan akuakultur yang awalnya diterapkan dalam budidaya nila di Thailand yang kemudian berlanjut pada usaha budidaya udang. Lambat laun teknologi ini juga sudah diadopsi untuk budaya lele dengan wadah kolam bundar. Teknologi bioflok memiliki konsep sederhana yakni mendaur ulang senyawa nitrogen anorganik, misalnya ammonia yang memiliki sifat sebagai racun menjadi protein sel mikroba. Sel mikroba tersebut dapat dimakan oleh hewan detritus seperti udang, lele, dan juga nila.
Dalam bioflok, prosesnya yakni bahan organik dalam kolam diaerasi agar teraduk dalam kolam air sehingga bakteri heterotrof aerobik terangsang untuk menempel pada partikel organik yang akan diurai menjadi bahan organik serta menyerap mineral beracun, seperti fosfat, ammonia dan nitrit. Proses ini menghasilkan bahan organik yang didaur ulang menjadi detritus dan kualitas air menjadi lebih baik.
Kunci sukses dalam menggunakan teknologi bioflok adalah mengembangkan dan menjaga keberadaan bakteri yang menguntungkan dalam kolam. Bakteri yang menguntungkan harus dijaga dominasinya agar pertumbuhan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit pada ikan dapat ditekan. Di sisi lain, kumpulan bakteri yang menguntungkan tersebut dapat membentuk gumpalan flok semakin banyak yang akan berperan dalam merombak nitrogen secara efisien.
Dalam media budidaya bioflok memiliki beberapa fungsi, yakni :
- Mengurai bahan organik dan menghilangkan racun
- Kualitas air menjadi lebih stabil
- Dapat mengubah ammonia menjadi protein sel yang lebih kaya karbohidrat
- Menekan pertumbuhan bakteri patogen
- Mebagai makanan tambahan bagi ikan yang memiliki kadar protein yang tinggi
- Bakteri, mikroalga, jamur, dan zooplankton adalah mikroba penyusun bioflok.
Komposisi pembentuk flok tergantung oleh masukan bahan organik, alga, dan bakteri yang tersusun di dalamnya, selain itu keberadaan flok juga sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan dan perubahan nutrisi.
Berikut beberapa kondisi yang sangat mendukung pembentukan flok :
- Pembentukan flok akan terjadi dengan adanya bahan organik yang cukup dan bioflok akan terbentuk dengan baik apabila total organik karbon sudah mencapai 100 ppm.
- Nilai C/N rasio sangat mempengaruhi perkembangan bakteri heterotrof, karena hali itu maka C/N rasio harus berada antara 15-20. Untuk memenuhi rasio tersebut perlu ditambahkan bahan yang memiliki sumber karbon, seperti molasses, tepung, atau gula ke dalam air atau bisa dicampurkan dengan pakan.
- Aerasi dan pengadukan yang menambah suplai oksigen dan mencegah bahan organik dan flok mengendap.
- Suhu dan pH yang akan berpengaruh pada metabolisme dan kestabilan pH
- N/P rasio harus lebih tinggi dari 10 agar phospat dapat menghambat pertumbuhan alga dan diatom.
Demikian uraian tentang asal usul bioflok. Keberadaan bioflok sangat menguntungkan jika bisa diterapkan dengan benar. Semoga informasi yang kami sampaikan bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar